Pages

Hello there!

Monday, August 5, 2013

gambaran perilaku pasien hipertensi terkait perawatan



BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Upaya pemerintah Indonesia merealisasikan sasaran pembagunan milenium pada 2015 akan sulit karena pada saat yang sama pemerintah juga harus menanggung beban pembayaran utang yang sangat besar. Program-program MDGs seperti pendidikan, kemiskinan, kelaparan, kesehatan, lingkungan hidup, kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan (http://id.wikipedia.org/wiki/Sasaran_Pembangunan_Milenium).
Menurut WHO, 60% kematian (±35juta orang) di tahun 2005 disebabkan oleh penyakit tidak menular dan kematian akibat penyakit tidak menular diperkirakan akan terus meningkat sebesar 17% dalam 10 tahun kedepan. Saat ini, hipertensi atau tekanan darah tinggi menjadi salah satu prioritas masalah kesehatan dimasyarakat.
 Angka kejadian hipertensi sangat mengkhawatirkan, laporan kesehatan dunia 2002 membuat hipertensi sebagai salah satu faktor resiko tinggi kejadian penyakit tidak menular.
 The lancet tahun 2000 melansir bahwa sebanyak 972 juta (26%) orang dewasa di dunia menderita hipertensi. Survey kesehatan rumah tangga 2001 menunjukkan 27% laki-laki dan 29% wanita diatas umur 25 tahun menderita hipertensi.
Penyakit ini dipengaruhi oleh kebiasaan hidup seseorang dan sering
1
 
 dianggap sebagai “pembunuh diam-diam” karena penderita tidak mengetahui dirinya menderita hipertensi. Hipertensi juga dikenal sebagai penyakit kelompok heterogen karena dapat menyerang siapa saja dari berbagai kelompok usia, sosial dan ekonomi.
          Di Indonesia belum ada data yang akurat mengenai angka kematian akibat hipertensi, tetapi sudah ada penelitian metodologis yang dilakukan secara berbeda-beda oleh para ahli. Dari hasil penelitian diperkirakan bahwa penduduk yang berusia di atas 20 tahun dan terserang penyakit hipertensi adalah 1,8 - 2,86%.
 Namun sebagian besar penelitian menyatakan 8,6 - 10%. Persentase penderita di perkotaan lebih besar dibandingkan dengan jumlah penderita di pedesaan. Berdasarkan data hasil survey tersebut dapat diketahui bahwa di Indonesia prevalensi hipertensi yang menjadi masalah kesehatan nasional cukup tinggi.
             Khususnya di Indonesia, terutama di kota besar, stress merupakan salah satu penyebab utama timbulnya hipertensi setelah kebiasaan makan yang buruk, kebiasaan merokok dan mengkonsumsi alkohol (Dalimartha, 2008).

CARA UKUR INFORMASI



Informasi adalah, keterangan pemberitahuan kabar atau berita tentang suatu media dan alat (sarana) komunikasi seperti koran, majalah, radio, televisi, poster dan spanduk. Media komunikasi adalah media yang digunakan pembaca untuk mendapatkan informasi sesuatu atau hal tentang pengetahuan.
Komunikasi yang efektif  hanya akan berlangsung apabila setiap individu memperlakukan individu yang lain sebagai subjek yang dilakukan dalam bentuk saling menghormati, saling menghargai dan saling mempercayai. Perlakukan sebagai subjek antar individu memungkinkan terwujudnya human relationship yang efektif, yang hanya dapat terjadi bila mana setiap personal menyadari dan memainkan peranan sesuai dengan pasisinya masing-masing.
1.         Unsur Komunikasi
Agar terjadi komunikasi yang efektif antara pihak satu dengan pihak yang lain, antara kelompok satu dengan kelompok yang lain atau seseorang dengan orang lain diperlukan keterlubatan beberapa unsur komunikasi yakni:
1.      Sumber (Komunikator)
Adalah orang atau sumber yang menyampaikan atau mmengeluarkan stimulus antara lain dalam bentuk informasi – informasi, atau lebih tepat disebut pesan  yang harus disampaikan kepada pihak atau orang lain dan diharapkan pihak atau orang lain memberikan respon atau jawaban. Apabila orang lain atau pihak lain itu tidak memberikan respon atau tindakan, berarti tidak terjadi komunikasi antar kedua variable tersebut.
2.      Pesan (Masage)
Adalah rangsangan (stimulus) yang disampaikan oleh sumber kepada sasaran. Pesan tersebut pada dasarnya adalah hasil pemikiran atau pendapat sumber yang ingin disampaikan kepada orang lain. Penyampaian pesan banyak macamnya, dapat dalam bentuk kata-kata (symbol berupa kata-kata) atau dapat pula dalam bentuk bukan kata-kata (symbol berupa gerakan tubuh, gerakan tangan, ekspresi wajah dan gambar). Seandainya ada kesan yang berlainan dari pesan yang disampaikan ini, maka seseorang akan lebih mempercayai pesan bukan kata-kata. isi simbolik dari pesan disebut informasi, dan jika sifatnya adalah sesuatu yang baru disebut inovasi.
3.      Media
Media (alat pengirim pesan atau saluran pesan) adalah alat atau saluran pesan yang dipilih oleh sumber untuk menyampaikan pesan kepada sasaran. Pada saat ini dikenal bermacam macam media yang bila di sederhanakan dapat dibedakan atas dua macam yakni :
a.       Media Massa Contoh media massa antara lan surat kabar, majalah, film, radio dan televisi, Keuntungan dari media massa adalah sasaran yang dicapai cukup banyak, sehingga ada penghematan waktu, tenaga dan biaya. sedangkan kerugiannya tidak dapat diketahui keberhasilan dari komunikasi yang dilakukan karena umpan baliknya sulit diperoleh. Selain itu tidak dapat menyampaikan semua jenis pesan, seperti misalnya pesan yang bersifat pribadi, tabu ataupun yang dinilai dapat mendatangkan akibat negative bagi masyarakat.
b.      Media Antar Pribadi contoh media antar pribadi adalah wawancara tatap muka, pembicaraan melalui telepon, surat menyurat dan pembicaraan perseorangan lainnya. Keuntungan dari cara ini adalah dapat disampaikan pesan secara lengkap dan terperinci, dengan demikian keberhasilan dari komunikasi dapat diketahui melalui umpan balik yang diterima. Pesan yang disampaikan dapat pula yang mencakup berbagai jenis, termasuk yang bersifat rahasia ataupun pribadi. Kerugiannya adalah jangkauan sasaran terbatas serta membutuhkan waktu, tenaga dan biaya yang cukup besar, apalagi bila jumlah sasaran yang ingin di tuju terlampau besar.
4.      Sasaran
Sasaran (penerima pesan atau komunikan) adalah yang menerima pesan, artinya kepada siapa pesan itu ditujukan. Dalam manajemen sasaran ini bisa orang perorang, sekelompok orang, satu organisasi ataupun seluruh masyarakat luas.
5.      Umpan Balik
Umpan balik  (Feed Back) adalah reaksi dari sasaran terhadap pesan yang disampaikan, yang dimanfaatkan oleh sumber untuk memperbaiki dan ataupun menyempurnakan komunikasi yang dilakukan. Dengan adanya reaksi ini, sumberakan mengetahui apakah komunikasi berjalan dengan baik atau tidak. Jika hasilnya baik disebut positif dan jika hasilnya buruk disebut negative.
6.      Akibat
Akibat (Impect) adalah hasil dari suatu komunikasi, yakni terjadinya perubahan pada diri sasaran. Perubahan dapat ditemukan pada pengetahuan, sikap ataupun prilaku. Terjadinya perubahan perilaku merupakan tujuan akhir dari kegiatan komunikasi. (Azwar, 2000)
2.      Asas- asas komunikasi yang efektif
a.      Credibility
Faktor ini terdapat dan berperanan pada sumber. haruslah diupayakan
bahwa cridibilita sumber adalah tinggi, sehingga dapat memunculkan kepercayaan dari sasaran terhadap pesan yang disampaikan.
b.      Content
Faktor ini berperanan pada pesan, artinya pesan yang disampaikan hendaknya mengandung isi yang ada manfaatnya bagi sasaran. Jika isi tersebut besar manfaatnya bagi kepentingan sasaran, maka hasil dari komunikasi akan lebih baik.
c.       Context
Faktor ini terdapat dan berperan pada pesan, artinya pesan yang disampaikan ada hubungannya dengan kepentingan dan ataupun kehidupan, serta kenyataan  sehari-hari. Makin kuatnya hubungan tersebut, makin dapat diharapkan keberhasilan dari komunikasi.

d.      Clarity
Faktor ini terdapat dan berperan pada pesan. artinya haruslah diupayakan untuk memilih pesan komunikasi sedemikian rupa sehingga pesan yang disampaikan akan lebih mudah diterima secara jelas.

e.       Continuity and Consistensy
Faktor ini berperan dan berperanan pada pesan, artinya pesan yang akan
dikomunikasian tersebut harus sering dan terus menerus disampaikan serta sifarnya menetap.
f.        Chennels
Faktor ini terdapat dan berperan pada medianya harus dapat menentukan media penyampai pesan yang sesuai dengan sasaran yang akan dicapai.
g.      Capability of the audience
Faktor ini terdapat dan berperan pada sasaran, artinya dalam menyampaikan pesan harus diperhitungkan kemampuan dari sasaran dan menerima pesan. Kesemuanya ini ditentukan pula oleh latar belakang sasaran seperti pendidikan, tingkat sosial ekonomi, tingkat sosial budaya dan lain  sebagainya
Informasi yang benar dan jelas tentang pengaruh mengkonsumsi makanan, dan program diat akan memberikan pengetahuan yang jelas dan tegas tentang akibat yang ditimbulkan oleh ketidak patuhan menjalani diet ketat, akan membuat pasien menjalani diet dengan tingkat kepatuhan tinggi, apalagi bagi mereka yang telah merasakan tingginya kadar gula darah bila tidak patuh pada program diet
Dalam penelitian tentang variabel informasi maka untuk menentukan kriteria penilaian digunakan criteria sebagai berikut: Tinggi, jika mendapat informasi > dari 6 media Sedang, jika mendapat informasi 4-6 media, dan Rendah, jika mendapatkan informasi dari 1-3 media

Konsep Diabetes Melitus



       2.1.1. Pengertia Diabetes Melitus
Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu penyakit kronis yang progresif yang disebabkan oleh karena adanya gangguan sekresi insulin dan atau adanya resistensi insulin. Pada dasarnya diabetes melitus disebabkan oleh hormon insulin penderita yang tidak mencukupi (kuantitas) atau tidak efektif dan tidak dapat bekerja normal (kualitas). Pada beberapa tahun belakangan ini, prevalensi penderita diabetes melitus dari tahun ketahun semakin lama semakin meningkat. Bahkan umur saat didiagnosa DM pertama kali juga semakin muda (semakin mengarah ke usia produktif bahkan banyak juga pada usia sekolah) dan tentunya ini akan sangat mempengaruhi kualitas sumber daya manusia. Modalitas yang ada pada penatalaksanaan diabetes melitus terdiri dari; pertama terapi nonfarmakologis yang meliputi perubahan gaya hidup dengan melakukan pengaturan pola makan yang dikenal sebagai terapi gizi medis, maningkatkan aktivitas jasmani dan edukasi berbagai masalah yang berkaitan dengan penyakit diabetes yang dilakukan secara terus menerus, kedua terapi farmakologis yang meliputi pemberian obat antidiabetes oral dan injeksi insulin
2.1.2. Penyebab Diabetes Melitus
Insulin dependent diabetes millitus (IDDM) atau diabetes militus
tergantung insulin (DMTI) disebabkan oleh β pulau langerhans akibat proses autoimun. Sedangkan non insulin dependent diabetes militus (NIDDM) atau diabetes militus tidak tergantung insulin (DMTTI) disebabkan kegagalan relatifsel β dan resistensi insulin. Resistensi insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel β tidak mampu mengimbangi resistensi insulin ini sepenuhnya. Artinya terjadi defisiensi relatif insulin. Ketidakmampuan ini terlihat dari berkurangnya sekresi insulin pada rangsangan glukosa bersama bahan perangsang sekresi insulin lain. Berarti sel β pankreas mengalami desensitisasi terhadap glukosa.
Diabetes militus adalah suatu kondisi metabolik dimana tubuh tidak dapat mempertahankan kadar gula dalam darah yang kronis dan memicu anggiopati dan menyebabkan kecacatan, jika tidak ditangani dengan baik dengan cepat. Kecacatan karena rusaknya pembuluh darah kecil pada mata mengakibatkan gangguan penglihatan yang serius menyebabkan daya penglihatan menjadi sangat lemah dan kebutaan. Ini merupakan penyebab utama kebutaan pada lanjut usia. Penderita gangguan penglihatan akan mengalami masalah. Kerusakan pembuluh arteri mengakibatkan mionikrosis diabetikum, yang menambah resiko timpulnya ulkus ganggren dan infeksi, dan akhirnya amputasi jika tidak ditangani dengan benar.

2.1.3. Jenis Diabetes Melitus
Terdapat dua jenis penyakit diabetes yaitu tipe I diabetes yang tergantung pada insulin (insulin dependen) Penyakit diabetes militus tipe II (non-insulin dependen), diabetes yang tidak tergantung pada insulin, terjadi pada orang dewasa, dan biasanya bisa dikontrol dengan diet, latihan olah raga, dan obat anti diabetes. Meskipun demikian beberapa kasus juga perlu suntikan insulin.
2.1.4. Diet Diabetes Melitus
Prinsip penanganan termasuk perencanaan makan dan excercise pada Diabetes Melitus Tipe 11 sama seperti pada Diabetes Melitus Tipe I, kecuali pemberian insulin yang mutlak diperlukan pada diabetes tipe I. Menurut konsensus Perkeni 2002, pasien dengan diabetes yang terkendali baik akan memiliki kadar gula puasa 80-109 mg%, kadar gula dua jam sesudah makan 80­- 114 mg% dengan persentase Alc <6,5. Selain mengontrol kadar gula secara teratur, melakukan diet makanan dan olahraga yang teratur menjadi kunci sukses pengelolaan diabetes
Pasien-pasien DM tipe 11 dengan disertai dislipidemia (hipertrigliseridemia) dapat diterapkan alternatif diet rendah HA, tinggi lemak tak jenuh,tinggi serat, (Hypo Allergenic) HA yang dipilih dalam diet ini adalah HA kompleks yang banyak, terdapat dalam biji-bijian serta sereal yang utuh, jagung, umbi-umbian, sayuran dan buah yang, rendah kalori, dan camilan seperti cincau, agar-agar, rumput laut dan sebagainya. Monosakarida (glukosa, fruktosa) dan disakarida (sukrosa) yang tinggi akan memberikan indeks glikemik yang tinggi pula, maka penggunaan hidratarang, sederhana tersebut hanya bisa dibatasi dalam makanan seperti hidangan sayuran dan tidak dianjurkan dalam minuman. Monosakarida dan disakarida tersebut terutama terdapat di dalam makanan camilan dan minuman yang manis dan buah‑buahan yang rasanya manis seperti mangga, jeruk, nanas, sawo, rambutan, durian, nangka, anggur dan sebagainya
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan terapi sangat banyak. Kepatuhan adalah istilah yang menggambarkan penggunaan obat sesuai dengan petunjuk mencakup waktu dan pembatasan makanan yang berlaku. Dalam upaya mencegah timbulnya komplikasi pada penderita DM perlu adanya pengendalian diabetes yang baik dengan cara menjaga kadar gula darah mendekati normal atau dalam kisaran normal, salah satu cara yang dapat dilakukan adalah patuh dalam menjalankan terapi diet
Perilaku klien yang tidak mendukung kesehatan dapat diubah menjadi perilaku yang taat dalam menjalani diet, bila klien sudah mengetahui manfaat dari diet diabetes mellitus maka akan timbul kesadaran dari dalam dirinya untuk melaksanakan diit diabetes mellitus tersebut, perilaku seseorang untuk taat dalam menjadi diet salah satunya berhubungan dengan sejauhmana penyuluhan kesehatan yang diberikan oleh perawat mengenai pengetahuan dan keterampilan bagi pasien Diabetes melitus yang bertujuan untuk menunjang perilaku dalam meningkatkan dalam pemahaman tentang dietnya sehingga pada gilirannya nanti kompilkasi diabetes melitus dapat dicegah. Peran perawat dalam perubahan perilaku klien Diabetes Melitus adalah sebagai edukator dan konselor yang dapat memberikan pendidikan kesehatan tentang diet Diabetes Melitus tipe II pada klien agar mau melakukan perubahan pada pola makannya dari yang tidak teratur menjadi diet yang terencana pendidikan kesehatan dapat dilakukan dipoli klinik atau diruang perawatan penyakit dalam.
Tujuan Diet Diabetes adalah yang fundamental dalam mengkontrol diabetes militus dan baiknya dikombinakan dengan gaja hidup yang sehat. Obat yang sesuai dan kontrol berat badan. Pada prinsipnya penderita diabetes dapat mengkonsumsi segala jenis makanan yang tersedia. Namun menjaga kesesuaiannya  dengan progran diet yang dianjurkan oleh dokter
Tujuan diet penderita diabetes militus adalah:
a.         Menjaga kadar glukosa darah senormal mungkin. Glukosa darah antar 6-7% puasa dan sebelum makan kadar glukosa dalam darah 90-130 ng/dl 2 jam setelah mulai makan < 180 mg/dl.
b.         Mencapai tingkat level yang optimal. Kolestrol darah LDL (Low Density Lipoprotein) dibawah 100 mg/dl-HDL (High Density lipoprotein) diatas 40 mg/dl Menyediakan kalori yang sepadan.
c.         Menyediakan kalori yang sepadan untuk memonitor dan mempertahankan berat badan yang tepat bagi orang dewasa, untuk pertumbuhan dan perkembangan anak-anak yang normal, untuk kebutuhan selama masa kehamilan dan laktasi.:
d.        Pencegahan dan perawatan komplikasi akut diabetes yang diobati dengan insulin, hypoglicemia, penyakit jangka pendek
e.         Pencegahan dan perawatan komplikasi jangka panjang diabetes.
f.          Peningkatan kesehatan secara umum melalui gizi yang obtimal.