Pages

Hello there!

Thursday, January 24, 2013

KERUSUHAN SUMBAWA


Kerusuhan kembali terjadi di tahan air sangat merisaukan hati, walau tidak menimbulkan korban jiwa namun korban harta bukanlah sedikit dari banyak kerusuhan yang terjadi akhir-akhir ini penyebabnya hanyalah faktor-faktor yang sepele yang masih dapat diselesaikan dengan musyawah, namun musyawarah dan mufakat tidak lagi menjadi budaya nasional, budaya telah bergenti dengan budaya saling curiga, saling melindungi kelompok dengan radikal sehingga tidak ada tempat untuk musyawarah, kejadian sumbawa merupakan kejadian terbaru yang disebabkan oleh
Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Nusa Tenggara Barat (NTB), Ajun Komisaris Besar Sukarman Husein, menjelaskan, para tersangka penjarahan dikenai pasal pencurian dengan pemberatan. "Karena tertangkap basah dengan barang jarahannya," kata Sukarman kepada Tempo melalui sambungan telepon, Rabu, 23 Januari 2013 pagi. Bukti-bukti barang hasil jarahan jarahan itu berasal dari berbagai rumah, hotel, toko, dan pasar milik warga suku Bali yang berdiam di Sumbawa Besar.

Kerusuhan timbul akibat isu menyesatkan bahwa telah terjadi pemerkosaan terhadap seorang mahasiswi semester lima Universitas Samawa bernama Arniyati, 30 tahun, warga Labuan Badas Sumbawa. Padahal, kata Sukarman, korban jatuh dari sepeda motor sewaktu membonceng pacarnya yang bernama I Gede Eka Swarjana, 30 tahun. Eka Swarjana merupakan personel Kepolisian Sektor Buer berpangkat brigadir asal Bali.

Kejadian ini bermula pada Sabtu malam, 19 Januari 2013, sekitar pukul 23.00 waktu setempat. Saat pulang dari tempat hiburan malam di kawasan pantai Batu Gong, sekitar 15 kilometer dari Kota Sumbawa Besar, Arniyati dan GES mengalami kecelakaan. Arniyati mengalami luka di bagian kepala, sedangkan GES mengalami patah tulang iga sebelah kanan. Meskipun sempat dievakuasi ke Rumah Sakit Umum Sumbawa, nyawa Arniyati tidak tertolong
 Akibat kecelakaan tersebut, pengendara sepeda motor yakni anggota Polri Brigader I Gede Eka Swarjana (21) yang membonceng Arniati (30) jatuh. Arniati kemudian tewas dalam kecelakaan tersebut.

"Penyidik sudah memeriksa saksi-saksi, antara lain I Wayan Merta Astika dan Arahman terkait kecelakaan lalu lintas itu," ujarnya.

Dengan demikian, kata Sukarman, kematian wanita tersebut akibat kecelakaan lalu lintas, dan kebetulan pengendara sepeda motor yang anggota Polri itu beragama Hindu, dan wanita yang diboncengnya merupakan pacarnya beragama Islam. Namun, beredar beragam isu yang memicu amarah sanak keluarga korban kecelakaan lalu lintas tersebut, dan warga lainnya di Kabupaten Sumbawa, sehingga dilakukan unjuk rasa berujung tindakan anarkis.

Menurut catatan kepolisian, selain melempar Pura dan membakar kendaraan, juga merusak harta milik warga lainnya yang beragama Hindu.

"Kami sudah berkoordinasi dengan Bupati Sumbawa, dan Brimob dari Sumbawa Barat dan Dompu untuk mengamankan situasi agar kembali kondusif," ujarnya.

Saat kerusuhan, sekitar 500 orang warga melakukan penyerangan secara spontan terhadap permukiman tertentu di Sumbawa Besar, ibu kota Kabupaten Sumbawa, Provinsi NTB, yang dipicu oleh isu bernuansa Suku Agama Ras dan Antargolongan (SARA). Pada Selasa, sekitar pukul 13.30 Wita, massa melakukan aksi penyerangan sejumlah tempat ibadah agama tertentu dirusakkan massa yang termakan isu.

Rumah dan toko pun di beberapa lokasi menjadi sasaran amukan warga, hingga beberapa rumah yang dihuni komunitas tertentu dibakar massa, dan sejumlah kendaraan juga dirusakkan massa yang terbakar emosi. Aksi penyerangan itu, bermula dari unjuk rasa yang dilakukan sekitar 200 orang di jalan Yos Sudarso, Kelurahan Seketeng, Kecamatan Sumbawa, Kabupaten Sumbawa, sekitar pukul 13.00 Wita.

Pengunjuk rasa didominasi oleh sanak keluarga dari Arniati, wanita yang dinyatakan tewas pada malam Minggu lalu, yang dilaporkan akibat kecelakaan lalu lintas, namun sanak keluarganya meragukan penyebab kematiannya, karena di tubuh korban ditemukan tanda-tanda kekerasan.

Sebelum dinyatakan tewas, Arniati bersama pacarnya anggota polisi Brigadir I Gede Eka Swarjana, keluar bermalam Minggu, menggunakan sepeda motor dengan cara berboncengan. Sanak keluarga Arniati mencurigai wanita muda itu dibunuh, bukan kecelakaan lalu lintas, dan kecurigaan itu berkembang menjadi amarah ketika semakin banyak isu yang beredar, antara lain isu menyebutkan hasil visum ditemukan tanda-tanda kekerasan dikait-kaitkan dengan kekerasan pada alat kelamin.

0 comments:

Post a Comment